Sektor energi dan transportasi tetap menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca (GRK) global pada 2010 (data terakhir yang tersedia). Emisi GRK dari sektor pertanian naik namun produktivitas pertanian tumbuh lebih tinggi.
Hal ini terungkap dalam laporan Vital Signs Online dari Worldwatch Institute (WI) yang dirilis Rabu (8/5).
Total emisi CO2 dari sektor energi (listrik dan pemanas) mencapai 12,48 miliar ton pada 2010. Sementara emisi CO2 dari sektor transportasi, pada periode yang sama, mencapai 6,76 miliar ton. Emisi di dua sektor tersebut dipicu oleh pembakaran dan penggunaan bahan bakar fosil.
Emisi gas rumah kaca di sektor pertanian dan peternakan tercatat 4,69 miliar ton setara CO2 (CO2 equivalent) pada 2010, naik 13% dibanding emisi pada 1990. Walau produksi emisi naik, produktifitas industri pertanian tumbuh 1,6 kali lipat lebih tinggi, menunjukkan bahwa sektor pertanian semakin efisien dalam menggunakan energi. Tiga jenis gas rumah kaca yang umum dijumpai di sektor pertanian adalah nitrogen oksida (NOx), CO2, dan metana (CH4).
Emisi metana biasanya dihasilkan saat bahan-bahan organik – seperti tanaman, pakan dan kotoran ternak – membusuk dalam proses anaerobik (tanpa oksigen). Metana menyumbang sekitar 50% total emisi GRK di industri pertanian. Fermentasi dalam tubuh ternak (enteric fermentation) menghasilkan emisi metana terbesar dari seluruh emisi di industri ini.
Nitrogen oksida adalah emisi yang dihasilkan oleh mikroba saat mengurai nitrogen dari dalam tanah maupun kotoran ternak. Produksi emisi NOx tinggi terutama saat ketersediaan nitrogen dalam tanah melebihi kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi ini terjadi saat petani menggunakan pupuk kimia sintetis yang kaya akan nitrogen. NOx menyumbang 36% emisi gas rumah kaca di sektor pertanian.
Emisi CO2 dihasilkan dari tanah saat bahan-bahan organik membusuk dengan bantuan oksigen (aerobik). Sumber utama emisi CO2 di sektor pertanian adalah dari drainase dan pengolahan lahan. Saat lahan dikeringkan untuk diolah, bahan-bahan organik dalam tanah membusuk dengan cepat dan melepas CO2. Proses ini menyumbang 14% emisi GRK dari sektor pertanian.
Fermentasi dalam tubuh ternak menyumbang 29% emisi pertanian di Amerika Utara dan Asia pada 2010 – terendah dibanding wilayah lain – namun menyumbang 61% emisi pertanian di Amerika Selatan menunjukkan bahwa wilayah ini memimpin produksi ternak dunia.
Produksi padi menyumbang 17% dari total emisi di wilayah Asia pada 2010, namun hanya menyumbang tidak lebih dari 3% emisi di wilayah-wilayah lain, menunjukkan posisi Asia sebagai produsen padi utama dunia.
Sementara itu, empat dari lima negara yang memroduksi emisi terbanyak dari pengolahan lahan organik semua berasal dari Asia. Indonesia memroduksi 278,7 juta ton emisi GRK dari pengelolaan lahan/tanah. Papua Nugini menyumbang 40,8 juta ton, Malaysia 34,5 juta ton dan Bangladesh 30,6 juta ton. Data-data ini menurut WI menunjukkan skala deforestasi dan alih guna lahan untuk pertanian di masing-masing wilayah.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment