Ekosistem pesisir memiliki potensi menyerap dan menyimpan karbon. Potensi ini disebut sebagai karbon biru (blue carbon).

Hamparan rumput laut dunia, misalnya, luasnya saat ini diperkirakan mencapai 177.000 km2. Dunia juga memiliki hutan mangrove dan rawa air asin yang sama-sama memiliki potensi menyerap dan menyimpan karbon.

Namun potensi ekosistem pesisir ini seringkali diabaikan. Menurut berita Program Lingkungan PBB (UNEP) yang dirilis Rabu (19/12), ekosistem pesisir dunia saat ini terus mengalami kerusakan.

Kondisi hamparan rumput laut dunia telah mengalami penurunan sebesar 30% dalam 100 tahun terakhir. Tingkat kerusakan ekosistem yang ditemukan di hampir seluruh benua – kecuali di benua Antartika – ini semakin parah dalam 40 tahun terakhir.

Lebih dari separuh hutan mangrove alami telah hilang akibat praktik alih guna lahan seperti untuk tambak dan budi daya perikanan darat. Laju kerusakan hutan mangrove dunia saat ini mencapai 1-2% per tahun.

Urbanisasi, eksploitasi produk-produk kayu dan buruknya tata kelola semakin memercepat kerusakan ekosistem pesisir.

Untuk mengenalkan pentingnya peran karbon biru ini UNEP meluncurkan sebuah situs baru, ‘The Blue Carbon Portal’: http://bluecarbonportal.org yang menjadi bagian dari Inisiatif Karbon Biru (Blue Carbon Initiative).

Inisiatif Karbon Biru ini adalah inisiatif untuk mendorong kerja sama global dalam tata kelola laut dan pantai agar fungsi penyerapan dan penyimpanan karbon terpelihara dan mampu menghindari emisi gas rumah kaca.

Situs ini dikelola UNEP bersama GRID-Arendal dari Norwegia. Portal ini adalah portal komunitas pertama yang memberikan informasi semua hal terkait karbon biru dan akan menjadi ajang diskusi dan kolaborasi berbagai program yang terkait dengan karbon biru.

Masyarakat juga bisa mengirim konten dengan terlebih dahulu menghubungi pengelola portal melalui: http://bluecarbonportal.org

Redaksi Hijauku.com