Air harus dikelola dengan lebih seimbang untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan ekosistem.

Dunia harus melihat manfaat air dalam skala yang lebih luas ketika mengelola sumber daya alam yang sangat berharga ini. Hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan produktifitas dan efisiensi pengelolaan air yang saat ini terus tertekan.

Hal tersebut terungkap dalam laporan yang disusun oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) bekerja sama dengan para peneliti dari Stockholm Environment Institute (SEI) berjudul “Releasing the Pressure: Water Resource Efficiencies and Gains for Ecosystem Services” yang diterbitkan Senin lalu (12/3).

Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP mengungkapkan, “Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengidentifikasi manfaat air secara lebih luas seperti sebagai sumber nutrisi, pendingin cuaca dan habitat bagi ekosistem.”

“Tiga bulan lagi, pemerintah dari seluruh dunia akan berkumpul dalam Konferensi Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20). Laporan ini penting guna memerbaiki cara pengelolaan air dari berbagi aspek kehidupan,” ujar Steiner.

Laporan yang disusun berdasarkan penelitian di Asia dan Afrika ini menguji berbagai macam teknik yang bisa dipakai untuk mengelola sumber daya air tanpa mengorbankan sektor pertanian dan ekosistem.

Dengan memerbaiki produktifitas air di wilayah Afrika, Eropa Timur dan Asia Tengah – yang menghasilkan 60% biji-bijian dunia – wilayah ini akan bisa memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan serat dunia.

Konservasi air dan tanah, peningkatan efektifitas lahan pertanian, serta upaya memanen air hujan adalah teknik yang bisa mewujudkan potensi pertanian dengan cara yang lebih berkelanjutan.

Dengan mengoptimalkan produktifitas lahan pertanian yang mengandalkan air hujan hingga mencapai 95% misalnya, bisa meningkatkan produksi pangan hinggga 58% tanpa menambah konsumsi air.

Cara ini juga bisa membantu air tetap mengalir ke wilayah sekitar sehingga bermanfaat bagi ekosistem. Air juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan peternakan dan perikanan. “Air bisa dipakai untuk pertanian tanpa mengurangi pasokan air minum, air tanah dan mengganggu populasi ikan dan ternak,” ujar Jennie Barron, peneliti dari SEI.

Redaksi Hijauku.com