Kepada
Yth. Ibu Pasijah,
di tempat.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ibu yang saya sungguh hormati,
Sebelum saya mengutarakan isi surat ini lebih jauh, izinkan saya mengungkapkan rasa kagum yang sedemikian dalam atas segala perjuangan dan dedikasi Ibu dalam menanam mangrove di pesisir utara Pulau Jawa, tepatnya di Desa Rejosari, Demak. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala upaya luar biasa yang telah Ibu dan keluarga lakukan selama lebih dari dua dekade terakhir. Melalui penanaman bibit mangrove setiap tahunnya, Ibu bukan hanya telah merawat alam, tetapi juga dapat menginspirasi ribuan bahkan mungkin jutaan orang untuk peduli dan berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan, di seluruh dunia.
Saya terkesan sekali dengan keteguhan hati Ibu dalam menambah dan menjaga kelangsungan hidup mangrove yang begitu vital bagi keseimbangan ekosistem pesisir. Menurut Reuters dan The Strait Times, setiap tahun Ibu menanam 15.000 bibit mangrove dengan penuh kasih sayang, sabar, dan kesungguhan hati. Dan karena Ibu sudah terus melakukannya sepanjang 2 dekade, maka secara kasar sekeluarga Ibu sudah menanam sekitar 300.000 bibit mangrove hingga sekarang. Angka tersebut bukanlah sekadar angka biasa; itu adalah bukti nyata dari usaha Ibu untuk melindungi Bumi ini, melestarikan alam, dan memerbaiki kondisi lingkungan yang di banyak tempat telah mengalami kerusakan parah akibat penggundulan hutan dan polusi.
Mangrove, seperti yang kita semua ketahui, memiliki banyak manfaat tak terhingga bagi lingkungan kita. Selain menjadi penahan abrasi yang melindungi pesisir dari erosi dan bencana alam seperti tsunami dan banjir, sebagai habitat bagi berbagai spesies laut—seperti yang Ibu sampaikan kepada reporter yang mewawancarai—mangrove juga menyerap karbon yang sangat efisien dan efektif untuk melawan perubahan iklim. Dengan menanam belasan ribu bibit mangrove setiap tahun, Ibu dan keluarga benar-benar telah memberikan kontribusi besar untuk keberlanjutan lingkungan, termasuk mitigasi perubahan iklim. Jadi, yang Ibu lakukan bukanlah hanya pekerjaan yang mulia, tetapi juga tindakan yang memberikan manfaat luar biasa.
Selain itu, saya sangat menyadari bahwa penanaman mangrove yang Ibu lakukan juga memberikan dampak sosial yang sangat positif—sebagaimana yang saya saksikan di banyak tempat di seluruh dunia, terutama di Teluk Pangpang, Banyuwangi yang saya akrabi beberapa tahun belakangan. Penenaman dan pemeliharaan mangrove selalu saja memerkuat ikatan sosial di antara masyarakat, dan Ibu telah menunjukkan betapa pentingnya gotong royong dan kerja sama dalam melindungi alam. Buat saya, Ibu bukan hanya menanam dan merawat pohon, tetapi juga terutama menanam dan merawat harapan serta kesadaran kolektif untuk menjalin hubungan erat antara manusia dan lingkungan. Ekosistem mangrove yang terjaga juga membantu dalam meningkatkan ketahanan pangan bahkan juga menyumbang kepada kemandirian atas sumber-sumber pangan yang bergizi tinggi.
Ibu Pasijah, selain dampak positif terhadap lingkungan dan sosial, upaya yang telah Ibu lakukan itu juga memberikan manfaat ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat sekitar. Dengan menghidupkan kembali ekosistem mangrove, jelas Ibu telah membuka peluang bagi warga sekitar untuk mendapatkan berbagai sumber mata pencaharian baru. Kehadiran hutan mangrove yang sehat memungkinkan nelayan lokal untuk menangkap ikan, kepiting dan udang dalam jumlah yang lebih banyak, serta memerbaiki kualitas hasil tangkapan mereka. Di Banyuwangi, nelayan yang bertahun-tahun lampau harus melaut jauh ke utara Pulau Bali dengan perahu-perahu kecil, kini sudah bisa mendapatkan penghasilan berkali-kali lipat dengan jumlah jam kerja yang jauh lebih sedikit.
Melalui segala kerja keras dan perjuangan Ibu, saya merasa tersentuh oleh rasa kasih sayang yang Ibu tanamkan tidak hanya untuk alam, tetapi juga untuk generasi mendatang. Ini adalah tindakan yang penuh pengorbanan dan kasih yang tak terhingga, yang dapat menjadi teladan bagi kita semua. Saya percaya bahwa Ibu telah memberi contoh nyata tentang bagaimana setiap individu, bahkan dengan keterbatasan sumberdaya dan dukungan, bisa membuat perubahan yang begitu besar. Ibu adalah simbol keberanian, ketulusan, dan keteguhan hati perempuan pemelihara. Kalau dulu Ibu Kartini—yang hari ini kita rayakan ulang tahunnya—adalah perempuan pahlawan untuk emansipasi kaumnya, buat saya Ibu adalah perempuan pahlawan kelestarian Bumi ini. Ibu seperti mengingatkan bahwa perempuan dan Bumi—yang akan kita peringati harinya esok hari—adalah dua kekuatan pemelihara tiada tara. Dan kami sangat beruntung memiliki sosok seperti Ibu yang senantiasa berjuang demi kelestarian alam. Ibu Pasijah adalah perwujudan Ibu Kartini modern, yang berdiri di depan memberi teladan bagaimana kita semua bisa melawan krisis iklim.
Ibu Pasijah, meskipun saya turut merasa bangga dengan pencapaian Ibu, saya juga ingin menyampaikan permohonan maaf yang tulus dan dalam. Sebagai bagian dari masyarakat, saya sangat menyadari bahwa banyak dari kami, baik itu pemangku kepentingan pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, maupun individu, belum sepenuhnya bisa mengikuti jejak langkah Ibu yang begitu penuh komitmen dan konsisten dalam menjaga kelestarian alam. Sering kali, kami masih terjebak dalam rutinitas keseharian yang mudah tergoda oleh kemudahan dan keuntungan jangka pendek, tanpa memerhatikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.
Banyak di antara kami, meskipun telah mencoba untuk mengambil langkah-langkah dalam merawat alam, sering kali kurang serius atau tidak memiliki konsistensi yang sama seperti yang Ibu tunjukkan. Pemerintah, meskipun ada kebijakan-kebijakan yang mendukung perlindungan lingkungan, kadang masih kurang efektif dalam implementasinya. Juga ada begitu banyak kebijakan yang melawan kepentingan pelestarian lingkungan. Seperti yang dalam artikel Reuters dan The Strait Times sampaikan, Pemerintah Indonesia mau membuat tanggul laut sepanjang 700 km di sepanjang Pantai Utara Jawa. Saya betul-betul belum paham apakah itu memang merupakan cara terbaik untuk melindungi warga di sepanjang pantai dari sudut pandang lingkungan, juga sosial dan ekonomi. Yang saya pahami, konservasi, rehabilitasi, restorasi dan regenerasi berbasis alam-lah yang selalu punya manfaat luar biasa bagi masyarakat.
Begitu pula dengan sektor swasta, yang kerap lebih memrioritaskan keuntungan jangka pendek dibandingkan dengan keberlanjutan bisnis jangka panjang. Di banyak tempat, saya tahu persis bahwa atas nama bisnislah ekosistem mangrove dibuka—sama juga dengan alasan pembukaan ekosistem lainnya. Kerusakan yang kemudian terjadi membuat fungsi-fungsi lingkungan, sosial, dan ekonominya menurun bagi masyarakat. Bisnis sesungguhnya bisa menjaga, bahkan meningkatkan, seluruh fungsi itu, tetapi bisnis yang demikian masih sangat jarang kita saksikan. Saya juga tahu, banyak perusahaan melakukan penanaman mangrove. Tetapi apakah mereka mereka menanam sebanyak yang Ibu dan keluarga lakukan? Apakah mereka benar-benar memelihara apa yang mereka tanam itu? Apakah mereka pernah kembali lagi setelah seremoni yang kerap gegap gempita? Saya tak perlu menjawabnya, karena kebanyakan di antara kita sudah tahu.
Masyarakat sipil dan individu juga tak jarang masih merasa bahwa tindakan kecil mereka tidak cukup berarti dibandingkan dengan masalah lingkungan yang begitu besar. Bisa benar begitu, namun yang Ibu tunjukkan kepada kami ternyata itu tidaklah selalu benar. Ibu dan keluarga bukan orang yang berada. Dengan keluarga bergantung pada penghasilan anak dari menangkap dan menjual hasil tangkapan, saya membayangkan Ibu datang dari kondisi ekonomi yang biasa saja, namun Ibu dan keluarga membalas kebaikan alam dengan tindakan luar biasa. Kalau seluruh keluarga di Indonesia mau mengikuti keteladanan Ibu seperseribunya saja—alias menanam dan memelihara 15 bibit pohon per tahun—rasanya banyak sekali masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi yang bisa kita selesaikan. Apalagi, kalau kita juga tidak membebani lingkungan dengan berbagai bentuk pencemaran yang sesungguhnya mudah dilakukan.
Ibu Pasijah, saya ingin meminta maaf atas ketidakseriusan kami yang belum sepenuhnya menyadari betapa pentingnya upaya Ibu dalam menjaga lingkungan. Saya merasa sangat bersalah atas ketidakmampuan kami untuk mengerahkan energi yang sama besar untuk menyelamatkan Bumi ini. Namun, saya berjanji bahwa saya dan banyak orang lain yang terinspirasi oleh Ibu akan berusaha untuk lebih serius, lebih konsisten, dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Dalam banyak hal, kami jelas masih membutuhkan teladan Ibu. Kami membutuhkan ajaran Ibu tentang bagaimana cara mencintai Bumi ini dengan penuh kasih sayang. Kami membutuhkan kesabaran Ibu yang tiada henti dalam menanam bibit-bibit harapan untuk masa depan. Kami membutuhkan semangat Ibu yang tidak kenal lelah dalam melawan kerusakan alam. Dan yang lebih penting lagi, kami membutuhkan kasih sayang Ibu sebagai seorang ibu yang peduli, tidak hanya kepada anak-anaknya, tetapi juga kepada Bumi ini yang telah begitu baik memberi kita kehidupan.
Oleh karena itu, saya mendoakan agar Ibu terus dikaruniai usia yang panjang sehingga Ibu terus memberi suri tauladan kepada kami semua dengan cinta kasih yang Ibu miliki. Semoga Ibu bisa mengajari kami untuk tidak hanya berfokus pada keuntungan pribadi, tetapi juga memikirkan dampak dari setiap tindakan terhadap alam dan masyarakat. Semoga Ibu tetap menjadi contoh yang menginspirasi dan terus memerjuangkan kelestarian alam dengan kasih sayang dan ketulusan hati. Kami membutuhkan sosok seperti Ibu untuk membantu kami menemukan jalan yang benar, jalan yang penuh rasa tanggung jawab terhadap Bumi ini dan generasi mendatang.
Ibu, semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan, kesehatan, dan kebahagiaan kepada Ibu sekeluarga. Terima kasih telah menjadi teladan luar biasa bagi kami semua. Terima kasih telah memberi kami contoh nyata bahwa setiap individu bisa membuat perubahan luar biasa besar. Semoga segala amal ibadah Ibu dan keluarga diterima dan diberkahi oleh Allah SWT. Saya—dan semoga juga banyak orang lain—berdoa agar perjuangan Ibu terus diberkati dan membawa kebaikan yang tak terhingga untuk Bumi dan masyarakat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dengan takzim dan terima kasih,
Jalal
Leave A Comment