Jakarta, Kamis, 29 Desember 2023 – “Para calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) mulai memperlihatkan ketertarikannya dalam isu krisis iklim dalam dua debat perdananya,” ujar Indonesia Team Lead Interim, 350.org, “Di satu sisi ini menggembirakan, namun di sisi lain juga mengkuatirkan karena bisa dibelokan untuk mendukung solusi palsu transisi energi saat mereka terpilih menjadi presiden.”

Salah satu solusi palsu transisi energi itu, lanjut Firdaus Cahyadi, adalah penggunaan teknologi Carbon Capture Storage (CCS). “CCS ini muncul pada saat debat perdana cawapres perdana yang lalu,” ujarnya.

CCS, jelas Firdaus Cahyadi, merupakan salah satu teknologi yang diklaim mampu memitigasi Gas Rumah Kaca (GRK), penyebab krisis iklim, dengan cara mengurangi emisi karbon dioksida ke atmosfer. “Apabila ditelisik lebih jauh lagi, CCS merupakan solusi palsu transisi energi karena penggunaan CCS akan memperpanjang penggunaan energi fosil,” jelasnya, “Akibatnya, penggunaan teknologi CCS ini akan menghalangi pengembangan energi terbarukan.”

Bukan hanya itu, menurut Firdaus Cahyadi, CCS sejatinya juga masih menghasilkan emisi GRK. “CCS menghasilkan emisinya sendiri, yang sering tidak diperhitungkan karena energi yang dikonsumsi dalam proses penangkapan,” jelasnya, “Laporan Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) juga mengungkapkan bahwa kemampuan CCS untuk memberikan pengurangan emisi yang berarti dalam dekade berikutnya sangatlah rendah, sementara biayanya akan sangat tinggi.”

Dengan biaya yang tinggi itu, menurut Firdaus Cahyadi, harusnya investasinya langsung diarahkan ke pengembangan energi terbarukan. “Ironisnya, pada November lalu, beberapa media massa mengabarkan bahwa Presiden Jokowi telah menemui bos perusahaan migas multi-nasional asal Amerika Serikat yang berniat membangun kilang petrokimia dan CCS di Indonesia,” tegasnya, “Presiden Jokowi harusnya paham bahwa CCS adalah solusi palsu transisi energi, jangan hanya karena silau dengan uang trilyunan rupiah, menutup mata dampak buruknya terhadap pengembangan energi terbarukan secara keseluruhan.”

Terkait dengan itulah, Firdaus Cahyadi, menghimbau agar para capres dan cawapres waspada dengan solusi palsu CCS ini. “Capres 2024 tidak perlu mengikuti jejak Presiden Jokowi mengapresiasi CCS dengan cara menemui petinggi perusahaan minyak yang akan berinvestasi di Indonesia,” tegasnya, “Komitmen kuat terhadap penanganan krisis iklim melalui pengembangan energi terbarukan lebih penting daripada menerima investasi solusi palsu transisi energi seperti CCS.”

Media contact: 

Firdaus Cahyadi, Indonesia Team Lead Interim, 350 Indonesia

Email: firdaus.cahyadi@350.org