Selasa, 30 Maret 2021. Dianggap sebagai penyumbang limbah tekstil terbesar, beberapa brand pakaian besar Uniqlo, H&M, Zara, dan Adidas dipetisi untuk menjelaskan program peduli lingkungan mereka. Permintaan tersebut dilayangkan Dian Purnomo, seorang penulis dan peneliti lewat petisi online www.change.org/kemanalimbahoutfitmu.
Dian memulai petisi tersebut karena kekhawatirannya melihat semakin banyaknya limbah tekstil yang mencemari lingkungan di sekitarnya. Dian menyampaikan fakta bahwa dari 100 juta ton tekstil diproduksi di muka bumi ini, hanya 13% saja yang didaur ulang setelah tidak dipakai.
Artinya ada 87% limbah tekstil yang berakhir di TPA, mengalir ke sungai, laut atau tergeletak begitu saja di tanah. Di Indonesia sendiri, Zero Waste Indonesia menemukan persentase sampah tekstil di Pantai Timur Ancol bahkan mencapai 81% pada 2018.
Untuk menentukan target petisinya, Dian membuat survei kepada 307 responden berusia 16-60 tahun di kota besar untuk mengetahui brand pakaian apa yang paling banyak dibeli orang. Dari hasil survei itu, Dian menemukan informasi bahwa Uniqlo, H&M, Zara, dan Adidas adalah merek fesyen yang paling banyak dipakai responden survei.
Dalam petisinya, Dian menjelaskan bahwa beberapa merek fesyen sudah mulai memiliki mekanisme untuk menerima kembali pakaian yang sudah tidak terpakai. Namun, menurutnya belum ada transparansi mengenai bagaimana pengelolaan pakaian tidak terpakai yang dikumpulkan tersebut.
Karena itu menurut Dian, Uniqlo, H&M, Zara, dan Adidas harus ikut bertanggung jawab mengelola dan mengolah limbah tekstilnya, sebagai merek yang bergerak di industri fast fashion.
Sejalan dengan Dian, Chitra Subiyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, sebuah merek fesyen yang menerapkan konsep slow fashion, juga turut mendukung petisi Dian. Chitra menegaskan bahwa saat ini manusia sudah hidup di masa krisis iklim dan waktu yang dimiliki manusia untuk mencegah kerusakan besar tidak banyak. Menurutnya, orang-orang harus ikut peduli terhadap hal-hal kecil yang bisa dilakukan sebagai tanggung jawab manusia yang memberi dampak buruk pada bumi.
“Itu bisa dimulai dari diri sendiri, salah satunya pakaian. Bagaimana kita bijak dalam mengkonsumsi dan menggunakan pakaian, dan juga mendorong perusahaan besar yang menjalankan fast fashion untuk menjadi solusi, bukan polusi,” jelas Chitra.
Di sisi lain, Dian mengaku bahwa produksi tekstil, jual beli pakaian adalah industri yang tidak dapat dihentikan. Namun menurutnya, bukan berarti produksi tekstil tidak bisa dikendalikan.
“Bukan berarti produksi tekstil gak bisa dikendalikan supaya tidak menumpuk sampah dan merusak alam. Selain masyarakat yang harus mengendalikan diri dalam belanja pakaian baru. Salah satu yang diperlukan adalah peran industri fast fashion (seperti Uniqlo, H&M, Zara dan Adidas) dalam mengendalikan limbah brandnya,” tutup Dian dalam petisi.
*Untuk mengetahui jumlah terakhir penandatangan petisi #kemanalimbahoutfitmu klik di sini
–##–
Kontak Media :
Ori Sanri Sidabutar – Campaigner Change.org Indonesia (0877-8433-5149)
Change.org adalah wadah petisi online yang terbuka, bagi siapa saja dan di mana saja yang ingin memulai kampanye sosial demi perubahan positif. Dampak dari gerakan sosial melalui petisi online bisa dilihat di sini.
Leave A Comment