Setahun setelah pandemi Covid-19 melanda, penurunan emisi global mencetak sejarah baru. Berikut data-datanya.

Hal ini disampaikan dalam laporan terbaru International Energy Agency (IEA) berjudul “Global Energy Review: CO2 Emissions in 2020 – Understanding the impacts of Covid-19 on global CO2 emissions” yang diterbitkan hari ini, Selasa, 2 Maret 2021.

Permintaan energi primer, energi yang berasal dari alam seperti minyak, gas dan batu bara, turun hampir 4% pada tahun 2020, memicu penurunan emisi CO2 dari sektor energi global sebesar 5,8%. Ini adalah persentase penurunan permintaan energi primer tahunan terbesar sejak Perang Dunia II.

Menurut laporan IEA penurunan emisi yang mencapai hampir 2.000 juta ton CO2 ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah manusia. Penurunan ini setara dengan menghapus semua emisi CO2 Uni Eropa dari total emisi dunia.

Permintaan bahan bakar fosil terpukul paling parah pada tahun 2020 – terutama minyak, yang anjlok 8,6%, dan batu bara, yang turun 4%. Permintaan minyak tahunan merupakan yang terbesar, memicu lebih dari setengah penurunan emisi global.

Emisi global dari penggunaan minyak anjlok menjadi 1.100 Metrik ton CO2 dari sekitar 11.400 Metrik ton pada 2019. Penurunan aktivitas transportasi jalan raya menyumbang 50% dari penurunan permintaan minyak global. Sementara lesunya industri penerbangan memicu penurunan 35%.

Di sektor kelistrikan, emisi CO2 turun 3,3% (atau 450 Metrik ton) pada tahun 2020, penurunan relatif dan absolut terbesar dalam sejarah. Selain permintaan listrik tahun lalu yang berkurang, percepatan dan perluasan pembangkit listrik dari energi terbarukan menyumbang penurunan emisi terbesar untuk sektor ini. Pangsa energi terbarukan dalam pembangkit listrik global naik dari 27% pada 2019 menjadi 29% pada 2020, peningkatan tahunan terbesar dalam sejarah.

Laporan IEA menyatakan, walaupun di tahun 2020 terjadi penurunan emisi terbesar sepanjang sejarah, permintaan energi dan emisi di banyak negara akan berisiko meningkat signifikan tahun ini.

Menurut IEA, permintaan energi dan peningkatan emisi pada tahun 2021 dan seterusnya akan sangat bergantung pada seberapa besar upaya pemerintah melakukan transisi ke energi bersih untuk meningkatkan ekonomi mereka dalam beberapa bulan mendatang.

‘Menghindari kenaikan emisi membutuhkan perubahan struktural yang cepat dalam cara kita menggunakan dan menghasilkan energi,” tulis IEA.

Jika dilakukan dengan tepat, upaya tersebut tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan secara signifikan mengurangi emisi secara bersamaan.

Redaksi Hijauku.com