Oleh : Athariq Dias Muyasar * 

Indonesia kaya akan sumber daya alam dan budaya. Masyarakat Indonesia memiliki beragam karakter sosial dan budaya namun dikenal sebagai bangsa yang berciri khas sopan dan ramah di manca negara. Namun apakah aspek sosial, ekonomi dan budaya Indonesia memiliki nilai lebih? Jawabannya bisa kita lihat di sekitar kita.

Sumber daya manusia dan sumber daya alam memegang peranan penting, namun persoalan pengangguran dan buruh terus terdengar dari tahun ke tahun, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Data menyebutkan, angkatan kerja Indonesia mencapai 122 juta orang sementara angka pengangguran keseluruhan mencapai 7,6 juta orang dengan tingkat pengangguran mencapai 6,2%.  Dari angka tersebut, jumlah penganggur perempuan mendominasi dalam rentang usia pengangguran antara 15-24 tahun.

Tantangan  pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara terus menerus dan konsisten dengan menjaga kualitas hidup (well being) masyarakat dengan tidak merusak lingkungan dan mempertimbangkan cadangan sumber daya yang ada untuk kebutuhan generasi mendatang.

Penataan kembali yang bisa dilakukan guna mendorong pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengintegrasikan pemanfaatan ganda, ekonomi dan lingkungan/ekosistem, yang berorientasi pasar / market driven (ekonomi), dengan mempertimbangkan dimensi sosial, lingkungan dan budaya sebagai prinsip keadilan saat ini dan masa depan.

Desa memiliki peran sangat besar dalam pembangunan wilayah secara berkelanjutan. Desa, yang di satu sisi selama ini menjadi lokasi kemiskinan, di sisi lain memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Pembangunan desa secara berkelanjutan penting agar tidak terjadi kesiasiaan dan kebocoran sumber daya pembangunan yang selama ini banyak dimanfaatkan oleh individu atau kelompok elit bahkan asing.

Jika hal itu terjadi, masyarakat lokal tidak dapat merasakan manfaat dari pembangunan dan sumber daya alam yang mereka miliki. Tanpa keterlibatan masyarakat, sumber daya alam tersebut rentan dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh golongan elit atau asing tanpa memikirkan generasi mendatang. Yang lebih parah lagi, eksploitasi sumber daya alam lokal akan merusak ekosistem/lingkungan.

Berdasarkan data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dari 74.093 jumlah desa di seluruh Indonesia, terdapat 27,23% desa yang berkategori tertinggal, 68,85% desa berkembang  dan hanya 3,91% desa maju.

Tujuan pembangunan desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia belum terwujud. Upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi lokal, serta pemanfataan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan masih perlu terus diupayakan. Dengan begitu, masyarakat desa bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dengan memanfaatkan asset yang ada di lingkungan sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Salah satu cara memanfaatkan asset di wilayah pedesaan, yang juga menjadi tempat tinggal para penduduk desa, adalah dengan membangun ecovillage. Apa itu ecovillage? Ecovillage adalah kampung/desa yang berbudaya lingkungan. Masyarakat pedesaan atau perkotaan yang tinggal di dalamnya berupaya mengintegrasikan kelestarian lingkungan dengan aspek sosial. Caranya adalah dengan menerapkan pola hidup berdampak rendah terhadap lingkungan.

Kampung berbudaya lingkungan mengintegrasikan aspek desain ekologis, agrikultur permanen, bangunan ekologis, produksi hijau, energi alternatif, bangunan masyarakat, dan masih banyak lagi (GEN 2000 dalam Nurlaelih, 2005).

Masyarakat di kampung berbudaya lingkungan diharapkan mampu mengelola lingkungannya sesuai dengan kaidah berkelanjutan meliputi konsevasi, pemanfaatan dan pemulihan lingkungan. Sehingga konsep ecovillage bisa menciptakan interaksi antara manusia dan lingkungan guna mencapai kehidupan keberlanjutan dan lestari.

Kegiatan pengembangan kampung/desa berbudaya lingkungan ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui, memahami, dan menguasai persoalan, potensi dan kebutuhan kawasan sekitar dengan metode hadap-masalah: masyarakat sekitar dapat mencari alternatif pemecahan masalah yang relatif mudah dilaksanakan secara swadaya.

Ecovillage selain mengintegrasikan kelestarian lingkungan dan sosial juga bisa menjadi obyek wisata yang menarik bagi wisatawan. Para wisatawan tidak hanya menikmati tempat wisata tersebut, mereka juga mendapatkan edukasi tentang lingkungan.  Mulai dari cara melestarikan lingkungan, melestarikan kebudayaan setempat, dan juga tentang aspek-aspek lingkungan sosial.

Kedatangan para wisatawan ke ecovillage di pedesaan mendatangkan pemasukan untuk para penduduk lokal. Masyarakat dengan disabilitas dan kaum perempuan seperti ibu rumah tangga bisa menjadi ujung tombak dalam pemberdayaan desa berbudaya lingkungan. Usaha menyediakan tempat makan dan warung souvernir dan usaha kecil menengah lain seperti usaha membuat lokasi swafoto, dan lain sebagainya bisa menunjang perekonomian setempat. Pengembangan ekonomi perdesaan juga bisa berbasis komoditas unggulan yang dikenal dengan produk unggulan desa (Podes) atau produk unggulan kawasan pedesaan (Pokdes).

Sejumlah tahapan harus ditempuh guna menciptakan Podes dan Pokdes. Pembangunan perdesaan harus mengembangkan rantai nilai, meningkatkan produktivitas, serta menerapkan ekonomi hijau. Sarana dan prasarana produksi perlu terus dibangun dan ditingkatkan kualitasnya. Juga kemampuan pengolahan dan pemasaran masyarakat desa. Hal itu didukung oleh peningkatan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasaran dan informasi pasar. Lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi, dan BUMDes dan lembaga ekonomi mikro lain harus dibangun untuk memperkuat pembangunan desa. Jika berhasil, kemakmuran desa akan mengalir, segala potensi di daerah juga dapat lebih diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Menilik data minimnya desa yang masuk dalam kategori maju di atas (hanya 3,91%), banyak daerah pedesaan yang belum bisa memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia mereka. Peluang daerah pedesaan menjadi sebuah ecovillage atau perkampungan/pedesaan berbasis lingkungan semakin besar yang bisa meningkatkan perekonomian Indonesia terutama penduduk desa, mengurangi pengangguran dan menciptakan pekerjaan yang layak bagi semua.

Ecovillage juga bisa menjadi landasan praktik pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat perdesaan Indonesia. Masih banyak daerah pedesaan yang belum memahami dan menerapkan upaya pencapaian SDGs. Peran pemerintah dan mitra swasta sangat dibutuhkan untuk memandu pengembangan ecovillage sehingga benar-benar menjadi desa berbudaya lingkungan.

–##–

*Athariq Dias Muyasar adalah mahasiswa Fisika di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan pegiat lingkungan.