Bridge damage - Commerce.govAda 10 panduan yang harus diambil agar satu kota bisa menjadi kota yang tanggap bencana.

Sebanyak 2000 kota bergabung dengan kampanye Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan tanggap terhadap bencana. Kota terakhir yang bergabung adalah kota Aguas da Prata, kota berpenduduk 7500 di negara bagian Sao Paolo, Brasil.

Kampanye global bernama “Making Cities Resilient: My City is Getting Ready!” ini menyeru pemerintah lokal agar mengintegrasikan tata kelola risiko bencana mereka dalam program pembangunan.

Program ini pertama kali diluncurkan dalam periode lima tahun dari tahun 2010 hingga 2015, bekerja sama dengan UN Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR). Saat ini sebanyak 25% kota yang berpartisipasi berlokasi di Amerika sementara 11% ada di Brasil.

10 Panduan Kota Tanggap Bencana

Ada 10 panduan yang harus diambil agar satu kota bisa menjadi kota yang tanggap bencana.

Panduan 1: Memastikan semua pihak memahami cara mengurangi risiko bencana dengan melakukan koordinasi, kerja sama dan partisipasi seluruh kelompok masyarakat lokal.

Panduan 2: Mengalokasikan dana untuk pengurangan risiko bencana dan memberikan insentif bagi pemilik rumah, masyarakat miskin, komunitas, bisnis, badan usaha dan sektor publik agar siap menghadapi bencana.

Panduan 3: Memastikan ketersediaan data dan kajian terbaru terkait bencana dan risikonya serta menggunakan data dan kajian ini dalam perencanaan dan pembuatan keputusan dengan melibatkan secara penuh masyarakat.

Panduan 4: Berinvestasi dan memelihara infrastruktur penting yang mampu mengurangi risiko bencana, seperti saluran pengendali banjir yang telah disesuaikan sesuai dengan tingkat risiko perubahan iklim.

Panduan 5: Memastikan keamanan di semua sekolah dan fasilitas kesehatan dan memerbaiki fasilitas tersebut jika diperlukan.

Panduan 6: Menerapkan dan menegakkan regulasi penggunaan lahan dan keamanan bangunan yang realistis. Menyediakan lahan yang aman bagi masyarakat miskin dan memerbaiki perumahan informal mereka jika memungkinkan.

Panduan 7: Memastikan adanya program edukasi dan pelatihan pengurangan bencana di sekolah dan komunitas lokal.

Panduan 8: Melindungi ekosistem dan benteng alami (natural buffers) guna mengurangi risiko banjir, topan dan bencana yang lain sesuai dengan risiko yang dihadapi. Melakukan adaptasi dengan memraktikkan upaya pengurangan risiko perubahan iklim.

Panduan 9: Memasang sistem peringatan dini dan kapasitas tata kelola tanggap bencana di setiap kota dan melakukan pelatihan bencana secara berkala untuk masyarakat.

Panduan 10: Setelah terjadi bencana, memastikan semua kebutuhan bagi mereka yang selamat terpenuhi dalam upaya rekonstruksi bencana, termasuk membangun kembali rumah dan penghidupan mereka.

Setelah periode 2005-2015, panduan pengurangan risiko bencana akan kembali dibahas dalam pertemuan di kota Sendai, Jepang, pada bulan Maret 2015. Tujuannya tidak lain untuk memerkuat daya tahan komunitas terhadap bencana, terutama bagi wilayah dengan penduduk kurang dari 10.000 jiwa.

Redaksi Hijauku.com