Industri teh di wilayah Afrika Timur menjadi sumber kehidupan dan lapangan kerja, namun industri tersebut juga mengonsumsi banyak energi.

Di sana, industri teh memperkerjakan sekitar 1 juta orang dan menyokong kehidupan lebih dari 4 juta orang. Burundi, Kenya, Malawi, Rwanda, Tanzania, Uganda dan Zimbabwe bersama-sama memroduksi 28% pasokan teh dunia.

Industri teh membutuhkan 8 kWh energi untuk menghasilkan satu kilogram teh yang siap untuk dikonsumsi. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk memroses baja sebesar 6.3 kWh.

Di Afrika, energi bukan hanya mahal namun juga belum bisa diandalkan. Kekuatan pasokan listrik naik turun yang berbahaya bagi proses produksi memaksa industri teh menggunakan mesin disel sebagai sumber tenaga cadangan.

Namun, perkebunan teh yang terletak di pegunungan — wilayah dengan curah hujan tahunan yang tinggi dan sungai yang mengalir sepanjang tahun — membuat wilayah tersebut ideal menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga air.

Dengan dukungan dari proyek Greening the Tea Industry dan pendanaan dari Global Environment Facility (GEF), studi kelayakan untuk delapan proyek pembangkit listrik tenaga air sudah selesai dan diperkirakan lebih dari enam pembangkit listrik tenaga air ukuran kecil akan dibangun sebagai proyek percontohan.

Jika nantinya ada kelebihan pasokan, tenaga tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan desa-desa sekitar yang tidak memiliki jaringan listrik.

Selama 20 tahun ke depan, proyek ini diharapkan akan berinvestasi di sejumlah pembangkit listrik tenaga air skala kecil dengan kapasitas 82 MW.

Proyek ini diharapkan membantu lebih dari satu juta petani, rumah tangga mereka, komunitas di sekitarnya dan perusahaan pendukung lain.

Studi kelayakan untuk 19 proyek di Kenya, Malawi, Rwanda, Tanzania dan Uganda menemukan, dibutuhkan investasi tambahan hingga US$22 juta untuk membangun enam proyek percontohan.

Pembangkit listrik mikro tenaga air kini juga tengah dibangun di beberapa wilayah kunci di Kenya dan Rwanda. Rencana lain untuk membangun pembangkit baru juga tengah dimatangkan di Tanzania dan Malawi.

UNEP juga mendukung penerapan kebijakan tarif (feed-in tariff) guna mendorong penerapan sumber-sumber energi terbarukan lain di Kenya dan Tanzania.

Dengan menggunakan kebijakan ini, jaringan listrik nasional berkewajiban untuk membeli listrik dari semua pemasok energi hijau dan membantu memromosikan investasi pembangkit listrik tenaga air di wilayah tersebut.

Redaksi Hijauku.com