Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berjudul Technical dialogue of the first global stocktake yang diterbitkan Jumat, 8 September ini mengidentifikasi kesenjangan, tantangan dan hambatan dalam implementasi Persetujuan Paris.

Laporan ini memberikan penilaian kemajuan kolektif pencapaian tujuan dan sasaran jangka panjang Persetujuan Paris dan menginformasikan cara untuk memperbarui dan meningkatkan aksi dan dukungan terhadap aksi iklim, termasuk untuk meningkatkan kerja sama internasional atasi krisis iklim. Ada 17 temuan kunci yang menggarisbawahi kegagalan dan kebutuhan terhadap aksi yang lebih ambisius dalam implementasi Persetujuan Paris.

Temuan kunci No.1: Sejak diadopsi, Persetujuan Paris telah mendorong aksi iklim dan mengirimkan sinyal kepada dunia mengenai urgensi untuk beraksi atasi krisis iklim. Namun aksi ini masih perlu terus ditingkatkan di semua lini.

Temuan kunci No.2: Guna memperkuat respons global terhadap ancaman perubahan iklim dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan upaya pemberantasan kemiskinan, pemerintah perlu mendukung transformasi sistem yang mengarusutamakan ketahanan iklim dan pembangunan rendah emisi gas rumah kaca (GRK). Tindakan yang kredibel, akuntabel, dan transparan oleh negara-negara berkembang yang rentan terhadap krisis iklim (non-party stakeholders) diperlukan untuk memperkuat upaya transformasi sistem ini.

Temuan kunci No.3: Fokus pada inklusi (inclusion) dan kesetaraan (equity) dapat meningkatkan ambisi dalam aksi dan dukungan iklim.

Temuan kunci No.4: Kondisi emisi dunia saat ini tidak sejalan dengan upaya mitigasi yang konsisten sesuai target pembatasan suhu Persetujuan Paris. Jendela ini terus menyempit dengan cepat untuk bisa membatasi kenaikan suhu bumi pada 1.5 ° C di atas level pra-industri. Berdasarkan NDC saat ini, kekurangan pemangkasan emisi yang sesuai dengan target pembatasan pemanasan hingga 1,5 °C pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 20,3–23,9 Gigaton setara CO2.

Temuan kunci No.5: Diperlukan lebih banyak ambisi dan dukungan aksi untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi domestik dan menetapkan target yang lebih ambisius dalam NDC untuk mengurangi emisi GRK global sebesar 43% pada tahun 2030 dan selanjutnya sebesar 60% pada tahun 2035 dibandingkan level di 2019. Dengan target net-zero CO2 emission pada tahun 2050 secara global.

Temuan kunci No.6: Untuk mencapai target net-zero CO2 emission dan target emisi GRK di atas, diperlukan transformasi sistem di semua sektor, termasuk terus meningkatkan energi terbarukan dan menghapus penggunaan semua bahan bakar fosil, mengakhiri deforestasi, mengurangi emisi non-CO2 dan menerapkan langkah-langkah untuk menjaga supply (penawaran) dan demand (permintaan).

Temuan kunci No.7: Transisi yang adil dapat meningkatkan aksi mitigasi melalui pendekatan yang disesuaikan dengan berbagai konteks yang berbeda.

Temuan kunci No.8: Diversifikasi ekonomi adalah strategi kunci untuk mengatasi dampak dari tindakan respons dalam mencapai target Persetujuan Paris melalui berbagai opsi yang dapat diterapkan dalam konteks yang berbeda.

Temuan kunci No.9: Perubahan iklim mengancam semua negara, komunitas, dan masyarakat di seluruh dunia. Diperlukan peningkatan tindakan adaptasi untuk menghindari, meminimalkan, dan mengatasi kerugian dan kerusakan akibat krisis iklim yang terus meningkat, terutama bagi mereka yang paling tidak siap menghadapi perubahan iklim dan paling tidak mampu pulih dari bencana.

Temuan kunci No.10: Secara kolektif, ada peningkatan ambisi dalam rencana dan komitmen untuk tindakan dan dukungan terhadap aksi adaptasi perubahan iklim. Namun sebagian besar upaya adaptasi yang ada masih terfragmentasi, bertahap, spesifik sektor, dan didistribusikan secara tidak merata di seluruh wilayah.

Temuan kunci No.11: Aksi adaptasi yang transformatif dimungkinkan jika aksi adaptasi tersebut diinformasikan dan didorong sesuai konteks, populasi, dan prioritas lokal guna memastikan efektivitas tindakan dan peningkatan dukungan terhadap aksi adaptasi tersebut.

Temuan kunci No.12: Diperlukan tindakan segera untuk mencegah, meminimalkan, dan mengatasi kerugian dan kerusakan akibat krisis iklim dengan menciptakan kebijakan iklim dan pembangunan yang mampu mengelola risiko secara komprehensif dan memberikan dukungan kepada masyarakat yang terkena dampak.

Temuan kunci No.13: Dukungan untuk adaptasi dan pengaturan pendanaan untuk mencegah, meminimalkan dan mengatasi kerugian dan kerusakan akibat krisis iklim perlu ditingkatkan dengan cepat dari sumber yang diperluas dan inovatif. Aliran pendanaan perlu didesain secara konsisten sesuai kebijakan pembangunan yang tahan iklim guna memenuhi kebutuhan yang mendesak dan terus meningkat.

Temuan kunci No.14: Diperlukan peningkatan, mobilisasi, dan dukungan pendanaan internasional secara strategis untuk aksi iklim untuk negara-negara berkembang, sebagai pendorong utama  aksi iklim dengan terus meningkatkan efektivitas, termasuk akses, kepemilikan, dan dampaknya.

Temuan kunci No.15: Diperlukan upaya untuk membuka aliran pendanaan dan investasi – internasional dan domestik, publik dan swasta – bernilai triliunan dolar secara konsisten guna mewujudkan pembangunan rendah emisi GRK dan pembangunan bertahanan iklim.

Temuan kunci No.16: Teknologi bersih yang ada perlu digunakan dengan cepat, bersama dengan percepatan inovasi, pengembangan dan transfer teknologi baru, untuk mendukung kebutuhan negara-negara berkembang.

Temuan kunci No.17: Upaya peningkatan kapasitas menjadi landasan untuk menciptakan aksi iklim yang luas dan berkelanjutan. Negara harus memimpin kerja sama guna memastikan upaya peningkatan kapasitas ini berlangsung secara efektif, sesuai kebutuhan dan berkelanjutan.

Redaksi Hijauku.com