Wheat harvest on the Palouse - Wikimedia CommonsSebanyak 150 organisasi dan perusahaan di Amerika Serikat menuntut Departemen Pertanian AS (USDA) mengetatkan pengawasan lahan percobaan gandum yang telah direkayasa secara genetis, yang masuk dalam kategori genetically modified organism (GMO).

Tuntutan ini dikirimkan Rabu (21/8) ke USDA dalam bentuk surat yang ditandatangani oleh semua organisasi. Langkah ini diambil sebagai tindak lanjut kasus “pencemaran” gandum GMO di wilayah Oregon, Amerika Serikat pada 29 Mei. Saat itu petani menemukan gandum yang telah direkayasa secara genetis dalam ladang mereka. Padahal gandum tersebut belum mendapatkan persetujuan dari USDA.

Dalam surat tersebut mereka meminta USDA menghentikan pemberian ijin baru (moratorium) bagi ladang-ladang percobaan gandum yang telah direkayasa secara genetis hingga penyelidikan di Oregon selesai.

Mereka juga meminta USDA menerapkan rekomendasi dan hasil penyelidikan lembaga peneliti dan kongres, guna memerbaiki pengawasan GMO secara umum, termasuk sistem pengetesan dan percontohan (sampling) gandum modifikasi genetis.

Dalam dua dekade terakhir, lebih dari 400 lahan percobaan gandum modifikasi genetis telah disetujui di Amerika Serikat. Namun penjualan gandum yang dimodifikasi secara genetis dihentikan di Amerika Serikat sepuluh tahun lalu, akibat penolakan pasar lokal dan internasional. Banyak perusahaan makanan dan minuman AS yang juga menolak menggunakan gandum yang sudah dimodifikasi secara genetis ini.

Kasus di Oregon mengejutkan, karena petani menemukan gandum yang sudah dimodifikasi secara genetis dalam ladang mereka. Untuk itu mereka meminta USDA menghentikan pencemaran ini, termasuk meningkatkan sistem pengawasan dan penelitian tanaman yang sudah dimodifikasi secara genetis.

Amerika Serikat adalah salah satu pengekspor produk pertanian terbesar di dunia. Produk andalan Amerika adalah gandum, jagung dan kedelai. Indonesia sebagai negara agraris adalah salah satu negara yang menggantungkan pasokan pangannya dari Amerika Serikat. Jika hal ini terus berlangsung Indonesia akan rentan terhadap volatilitas harga pangan – selain volatilitas harga energi – global.

Menurut data FAO, saat ini, hanya tiga bahan pangan – yaitu jagung, gandum dan beras – yang menyumbang 60% sumber energi pangan dalam skala global. Sementara konsumsi pangan lokal di Indonesia jauh menurun akibat intervensi pangan impor.

Kasus di Oregon menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia bahkan semua negara yang menggantungkan pasokan pangannya dari produk impor.

Tantangannya adalah kita harus senantiasa berhati-hati dalam mengonsumsi pangan yang belum dinyatakan aman bagi kesehatan. Hingga saat ini belum ada produk gandum dan beras yang sudah dimodifikasi secara genetis yang dikomersialisasikan untuk konsumsi masyarakat.

Sementara peluang yang muncul adalah kesempatan untuk mengoptimalkan potensi pangan lokal yang bisa menjadi solusi bagi krisis pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, mengurangi emisi karbon dan menyelamatkan lingkungan dari pemanasan global dan perubahan iklim.

Redaksi Hijauku.com