Karbon hitam menjadi pemicu perubahan iklim terbesar kedua setelah karbon dioksida. Hal ini terungkap dari hasil penelitian Institute for Governance & Sustainable Development yang dirilis Selasa (15/1).
Penelitian komprehensif selama empat tahun ini dipimpin oleh T.C. Bond, S. J. Doherty, D. W. Fahey, dan P. Forster, beserta tim multinasional yang beranggotakan 27 ahli termasuk ilmuwan terkemuka dari China dan India.
Penelitian ini menemukan, dampak karbon hitam terhadap perubahan iklim dua kali lipat lebih berbahaya dibanding perkiraan IPCC pada 2007. Hasil penelitian ini memerkuat penelitian sebelumnya oleh Ramanathan dan Carmichael (2008).
“Karbon hitam adalah pemicu perubahan iklim terbesar kedua di atas metana,” ujar David Fahey dari National Oceanic and Atmospheric Administration. Sehingga, “Potensi memerlambat perubahan iklim dengan memangkas karbon hitam menjadi semakin penting,” ujar Durwood Zaelke, Presiden Institute for Governance & Sustainable Development sebagaimana dikutip dari berita IGSD.
Karbon hitam adalah jenis polutan jangka pendek yang saat ini menjadi target pengurangan emisi dari Koalisi Iklim dan Udara Bersih (Climate and Clean Air Coalition), bersama metana dan HFC. Menurut koalisi, aksi cepat memangkas emisi karbon dan metana berpotensi mengurangi risiko perubahan iklim hingga separuhnya dalam beberapa dekade ke depan.
Upaya mengurangi karbon hitam, menurut Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), juga akan mengurangi jumlah kematian akibat polusi udara hingga 2,4 juta per tahun dan hilangnya panen hingga 30 sampai 100 juta ton per tahun. Aksi Koalisi Iklim dan Udara Bersih dalam mengurangi karbon hitam dan polutan jangka pendek bisa Anda baca di Hijauku.com.
Redaksi Hijauku.com
[…] dari UNEP menyebutkan bahwa karbon hitam menyumbang 20% efek pemanasan global menjadikannya sumber terbesar kedua setelah […]