Hal ini disampaikan oleh Presiden Majelis Umum PBB, Nassir Abdulaziz Al-Nasser, kemarin (24/5) di New York. “Lebih dari satu miliar penduduk dunia saat ini masih hidup tanpa akses listrik,” ujar Al-Nasser membuka konferensi bertema “Masa Depan Energi” yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Association.
“Kebutuhan energi dasar masyarakat belum terpenuhi. Aksi untuk memenuhi kebutuhan energi ini semakin mendesak. Energi harus bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu mengentaskan kemiskinan energi,” tambahnya lagi.
Dengan terjaminnya pasokan energi, dunia akan bisa meningkatkan keamanan pangan, layanan kesehatan, pendidikan, edukasi, transportasi, komunikasi, hingga memenuhi kebutuhan air dan sanitasi.
“Energi adalah komponen penting bagi tercapainya Target Pembangunan Millenium (MDGs). Namun, dalam dua dekade terakhir, komunitas internasional belum berhasil melakukan aksi bersama yang signifikan untuk mengatasi perubahan iklim, termasuk mengatasi masalah kemiskinan energi,” ujar Al-Nasser.
Al-Nasser menyeru dunia agar mengadopsi paradigma konsumsi dan produksi baru guna membatasi emisi gas rumah kaca, meningkatkan efisiensi energi, menjamin penerapan teknologi bersih pada bahan-bakar fosil, membangun akses ke energi baru dan terbarukan serta menggalakkan transfer teknologi ke negara berkembang.
Untuk mensukseskan semua aksi tersebut dibutuhkan kerja sama antar pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta dan masyarakat sipil.
“Harapan saya, komunitas internasional bisa memformulasikan strategi guna meningkatkan akses ke energi bersih, efisiensi energi dan memerluas penggunaan energi baru dan terbarukan di seluruh dunia,” ujar Al-Nasser.
Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB (Rio+20) di Rio de Janeiro, Brasil, bulan depan, menurut Al-Nasser akan menjadi kesempatan sekali dalam satu generasi untuk secara bersama-sama mengatasi kemiskinan energi serta menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial.
Redaksi Hijauku.com