Oleh: Asikin Chalifah *

Kelapa sawit hingga kini masih menjadi salah satu komoditas pertanian unggulan bagi Indonesia. Dengan luasan lahan dan produksi (CPO dan PKO) terbesar di dunia, hilirasi kelapa sawit tidak bisa dipungkiri telah memberikan kontribusi nyata dalam penyediaan bahan pangan, industri kesehatan dan kosmetika, peningkatan pendapatan petani pekebun, penyerapan tenaga kerja, kemandirian energi dan peningkatan devisa negara melalui ekspor.

Tercatat pada tahun 2022 industri kelapa sawit menyumbang sekitar 13,5 persen dari total ekspor non migas dan 3,5 persen terhadap total PDB Indonesia. Meski demikian, hilirisasi kelapa sawit masih menghadapi berbagai persoalan dan tantangan, salah satunya adalah yang terkait dengan kegiatan kampanye negatip atau kampanye hitam terhadap industri kelapa sawit di Indonesia.

Melalui beberapa lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup, preferensi konsumen minyak kelapa sawit dipengaruhi dengan isu dampak negatip dari industri kelapa sawit terhadap kerusakan lingkungan hidup, gangguan kesehatan masyarakat dan persoalan-persoalan sosial lainnya.

Kondisi ini sudah barang tentu dapat mempengaruhi daya saing produk-produk kelapa sawit di pasar minyak nabati utama global, termasuk pasar minyak kelapa sawit di negara-negara Eropa yang selama ini menjadi sentra produksi minyak nabati utama non kelapa sawit.

Persaingan dengan bungkus kampanye hitam ini tidak dapat dipungkiri karena komoditas pertanian yang sering disebut dengan “emas hijau” ini memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi dalam satuan luas lahan yang sama jika dibandingkan dengan tanaman sumber minyak nabati utama yang lain seperti kedelai, bunga matahari dan canola (rapeseed).

Diketahui produkditivitas kelapa sawit bisa mencapai 8 hingga 10 kali lipatnya. Dengan keunggulan produksi yang lebih tinggi dan penggunaan lahan yang lebih kecil, produk kelapa sawit terbukti mampu mengisi pangsa pasar minyak nabati utama yang lebih besar. Selain produk minyak goreng dan turunan lainnya, industri kelapa sawit juga menghasilkan biomassa sekitar 28 kali lipatnya.

Biomassa seperti tandan buah kosong, pelepah daun, cangkang dan limbah cair merupakan potensi “bahan baku” untuk sumber energi baru dan terbarukan, pupuk organik padat dan cair serta pakan ternak. Selain itu, tanaman kelapa sawit juga diprediksi menyerap lebih banyak CO2 serta lebih efisien dalam penggunaan sumber daya lahan dan air sehingga bersifat ramah terhadap lingkungan hidup.

Selain bersifat ramah terhadap lingkungan hidup, penepisan terhadap kampanye hitam juga bisa dilakukan dengan mengedepankan peran penting kelapa sawit sebagai bahan pangan yang memiliki nilai gizi dan fungsional serta nutrisi penting lainnya yang sangat baik untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh.

Produk turunan kelapa sawit sebagian besar (90 persen) merupakan bahan pangan. Sebagai penyedia bahan pangan, produk turunan kelapa sawit memiliki kandungan provitamin A yang relatip tinggi dan kaya akan vitamin E, oleh karena itu tidak heran kalau komoditas kelapa sawit sering di sebut sebagai superfood.

Nilai baik dari kelapa sawit ini dapat dipakai sebagai bahan edukasi dan sosialiasi bagi masyarakat yang sekaligus untuk menangkis kampanye hitam terutama bagi negara-negara konsumen minyak nabati utama yang berasal dari kelapa sawit.

Untuk itu, pada multipihak yang tergabung dalam misi/diplomasi dagang komoditas pertanian komersial harus terus menerus menyuarakan keunggulan dan kebaikan dari produk kelapa sawit untuk meningkatkan daya saing ekspor di pasar minyak nabati utama global.

–##–

Kasongan, Bantul, Yogyakarta, 7 Desember 2022

* Asikin Chalifah adalah Ketua DPW PERHIPTANI DIY dan Pembina Rumah Literasi (RULIT) WASKITA, Kedungtukang, Brebes.