Jakarta, 3 Desember 2021 – Sebagian besar sampah Kepulauan Seribu diangkut ke TPST Bantar Gebang. Sampah di Kepulauan Seribu berasal dari aktivitas penduduk, kegiatan wisata, perkantoran, sekolah, serta kiriman dari daerah sekitar Kepulauan Seribu.
Kepulauan Seribu yang merupakan rumah bagi 24.000 jiwa dan salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional mendeklarasikan masalah sampah sebagai hal darurat yang membutuhkan perhatian khusus. Sebuah peta jalan yang berisikan strategi rinci untuk mengelola sampah di Kepulauan Seribu sangat dibutuhkan sebagai regulasi yang melengkapi Kebijakan dan Strategi Daerah DKI Jakarta dalam pengelolaan sampah. Menilik sumber sampah yang bervariasi, pendekatan upaya pengurangan dan penanganan sampah harus bersifat holistik, beranjak dari rumah tangga, hingga penguatan wisata yang ramah lingkungan.
Seluruh pihak di Kepulauan Seribu mengaspirasi sebuah slogan, yaitu Pulauku Nol Sampah. Mengutip Sujanto Budiroso, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu berucap, “Saat ini telah banyak inisiatif kolaborasi multi-stakeholders dan program pemerintah yang mendukung Kepulauan Seribu yang bersih, namun hal ini harus terus dipantau dan dievaluasi dalam jangka panjang.”
Pada tanggal 3 Desember 2021, Divers Clean Action mengadakan focus group discussion (FGD) bersama dengan pemangku kepentingan di Kepulauan Seribu, yang dihadiri oleh kurang lebih 50 stakeholders meliputi pemerintah daerah, pusat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan, serta masyarakat Kepulauan Seribu.
Agenda FGD ini membahas beberapa bahasan penting sebelum peluncuran dokumen Rencana Aksi Sistem Pengelolaan Sampah di Kepulauan Seribu yang bertujuan untuk mewujudkan target nasional pengurangan dan penanganan sampah sebesar 30% dan 70% secara berturut-turut sejak dari sumbernya. Bahasan dalam FGD pada tanggal 3 Desember mencakup pemaparan rencana kegiatan persampahan pada tahun 2022, penentuan rencana strategi pengelolaan sampah hingga tahun 2025 beserta pembagian peran dan tanggung jawab dengan seluruh pemangku kepentingan.
Seperti yang disampaikan oleh Syaripudin, Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, “Jakarta Sadar Sampah harus dimulai dari tingkat RW agar sampah yang masuk ke lingkungan maupun TPST Bantar Gebang semakin berkurang.“
Pada gelar wicara KolaborAksi Jakarta Sadar Sampah yang diselenggarakan di Festival Ruang Kolaborasi pada tanggal 3 – 5 Desember 2021 di Lapangan Banteng Jakarta, dokumen Rencana Aksi Sistem Pengelolaan Sampah di Kepulauan Seribu akan dirilis kepada khalayak umum setelah diskusi pada FGD yang dilakukan pada sebelumnya.
Isian Rencana Aksi disusun berdasarkan temuan di lapangan, hasil pembelajaran dari seluruh pemangku kepentingan melalui metode wawancara secara mendalam, dan serangkaian FGD yang dilaksanakan sejak tahun 2019. Produk kolaboratif lainnya juga dipublikasikan di acara Jakarta Sadar Sampah, yaitu jingle dan video serial edukasi. Dilaksanakan juga gelar wicara dari sudut pandang pemberi kebijakan dan masyarakat di tingkat RW dalam program pengelolaan sampah dan mewujudkan konsep Jakarta Sadar Sampah serta implementasi Peraturan Gubernur Nomor 77 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup RW.
Muhammad Fadjar Churniawan, Wakil Bupati Kepulauan Seribu yang turut hadir menyatakan, “dibutuhkan lebih banyak kolaborasi untuk mewujudkan pulau yang bersih dan lestari, namun perangkat daerah seperti lurah dan RW juga dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi sampah dari sumbernya.”
Hingga saat ini berbagai RW sudah mengambil inisiatif sejalan dengan Peraturan Gubenur dan menjadi percontohan, di antaranya Bidang Pengelolaan Sampah (BPS) Pulau Untung Jawa. Ijan selaku Ketua BPS Pulau Untung Jawa menjelaskan, “masyarakat sebenarnya mau memilah, dan mengurangi serta mengolah sampah, namun dibutuhkan dukungan dari pemerintah daerah seperti RT, RW, Kelurahan, dan pemerintah untuk memastikan daur ulang dapat dilakukan dengan baik dan bersinergi.”
Swietenia Puspa Lestari, Direktur Eksekutif DCA menyatakan “dibutuhkan berbagai inovasi teknologi untuk pengurangan seperti melalui toko curah hingga pengolahan sampah seperti sampah laut, sinergi program kolaborasi di tingkat tapak hingga kebijakan untuk mewujudkan jakarta sadar sampah yang holistik. Selain itu, kebutuhan berbagai upaya edukasi yang menunjang perubahan perilaku secara masif juga harus dilakukan, di antaranya melalui jingle, video serial, serta dokumen Rencana Aksi Sistem Pengelolaan Sampah di Kepulauan Seribu. Tujuannya semua lapisan masyarakat bisa turut serta dalam pengurangan sampah dari sumbernya.”
Sementara itu KolaborAksi Jakarta Sadar Sampah pada Minggu, 5 Desember 2021 menghadirkan gelar wicara bertajuk KolaborAksi Ekowisata di Ujung Jakarta. Akan menjadi sebuah diskusi menarik bertemakan ekowisata yang sudah dijalankan oleh penyedia jasa wisata di Kepulauan Seribu, serta pendekatan digital dari Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepulauan Seribu dan PT Digitech yang mengeluarkan aplikasi mobile yang terintegrasi untuk mempromosikan dan memudahkan berwisata ke Kepulauan Seribu namun tetap bertanggung jawab kepada lingkungan, termasuk permasalahan sampah.
Aplikasi yang diinisiasi oleh Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu juga telah terhubung dengan JAKI dan PeduliLindungi untuk memudahkan bepergian di masa pandemi. Augustine Phinisi, penyedia jasa wisata life on board di Kepulauan Seribu juga akan menyampaikan paket wisata kapal phinisi di Teluk Jakarta yang memiliki program kolaborasi konservasi lingkungan dengan masyarakat Kepulauan Seribu.
DCA juga telah mendukung berbagai pelatihan pelaku wisata di Kepulauan Seribu, salah satunya memastikan para pelaku wisata memiliki sertifikasi K3, yang berguna untuk upaya-upaya penyelamatan darurat, termasuk CPR dan lainnya, yang sangat krusial khususnya di masa pandemi. Turut hadir di dalam gelar wicara adalah pendiri Yayasan Rumah Literasi Hijau, Mahariah Sandre yang juga menerapkan prinsip eko-edu-wisata bersama dengan GetPlastic dalam wisata di Pulau Pramuka dan sekitarnya.
Talkshow ini akan membuka wawasan serta menyebarkan informasi kepada calon pengunjung/wisatawan kepulauan seribu yang berniat untuk melakukan wisata ramah lingkungan di masa pandemi dengan aman. Selama Festival Ruang Kolaborasi pada tanggal 3 – 5 Desember 2021 di Lapangan Banteng Jakarta, DCA juga membuka booth yang dapat dikunjungi.
Tentang DCA
Divers Clean Action (DCA) telah melakukan berbagai program di DKI Jakarta sejak 2017 untuk mendukung hal tersebut melalui program seperti SOSIS dan PHINLA. SOSIS (Save Our Ocean and Small Islands) adalah program pengembangan masyarakat yang difasilitasi oleh Yayasan Penyelam Lestari Indonesia(DCA), dengan kepulauan Seribu sebagai fokus Wilayah Program ini. Program SOSIS berlangsung sejak tahun 2018 dengan petugas pengangkut sampah, penyedia jasa wisata, rumah tangga, siswa dan guru sekolah di kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
PHINLA adalah program kolaborasi pengelolaan sampah global yang dilakukan di 3 negara (Philipina, Indonesia, Sri Lanka) yang bertujuan mendukung program pemerintah mengenai pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Di Indonesia, PHINLA dilaksanakan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) dengan DCA di 5 kelurahan yang tersebar di Jakarta Utara dan Timur dan mendampingi 10 bank sampah yang ada di dalamnya.
Pada tahun 2020 DCA menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan DLH DKI Jakarta untuk kolaborasi lebih jauh. Kerjasama ini menjadi dasar terbitnya Buku Rencana Aksi Kolaboratif Kepulauan Seribu serta terundangnya DCA untuk menjadi salah satu kolaborator di festival Ruang Kolaborasi pada tanggal 3-5 Desember 2021.
Divers Clean Action (DCA) dibentuk pada tahun 2015 oleh seorang mahasiswa teknik lingkungan dan penyelam yang tumbuh di salah satu pulau kecil di Indonesia, didasari kesadaran pulau kecil sangat terdampak oleh sampah laut dan DCA percaya sistem manajemen sampah di pulau memiliki peran penting dalam memerangi isu sampah laut. Sejak 2017, DCA resmi menjadi yayasan yang dipimpin pemuda dengan lebih dari 1000 relawan di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara yang berfokus membuat lautan bersih dari sampah.
Pada awal terbentuknya, DCA mengumpulkan data sampah laut di pantai, bawah laut, dan sampah penduduk di area pesisir menggunakan pedoman yang dikembangkan bersama beberapa pengajar universitas dan pemerintah Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan, DCA menemukan banyak kesenjangan dan tantangan yang membuat DCA mengimplementasikan berbagai program seperti riset citizenship science, kampanye & pelatihan, pengembangan masyarakat, dan kolaborasi dengan sektor swasta melalui program CSR/EPR.
Leave A Comment