Jakarta – Earth Hour, sebagai gerakan akar rumput terbesar untuk lingkungan, akan kembali menyatukan jutaan orang di seluruh dunia untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap planet ini. Ketika keanekaragaman hayati global menurun pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan tantangan perubahan iklim yang selalu ada, Earth Hour 2019 akan memfokuskan upayanya pada peningkatan kesadaran dan tindakan yang menginspirasi penurunan emisi gas rumah kaca untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Pada Earth Hour 2019, WWF-Indonesia dan Komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak Presiden RI, pemimpin kota, pemerintah lokal, pimpinan perusahaan dan masyarakat khususnya generasi muda, untuk menjadi bagian dari percakapan dan solusi yang diperlukan untuk membangun masa depan – dan planet – yang sehat dan berkelanjutan untuk semua. WWF berharap untuk meningkatkan kesadaran lebih dari 5 juta anak muda agar mengadopsi gaya hidup yang lebih hijau dan berkelanjutan pada tahun 2020, salah satunya adalah penggunaan transportasi umum demi mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

“Earth Hour adalah momen untuk mengembalikan hubungan yang lebih baik antara manusia dengan alam, serta menempatkan pelestarian lingkungan sebagai prioritas utama dalam agenda nasional dan lokal,” ujar Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia. “Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 29% pada 2030, dan 11 persennya adalah dari transportasi publik, untuk itu publik juga harus ikut serta dengan cara menggunakan transportasi publik”, lanjut Rizal.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, konsumsi energi di sektor transportasi 2007 sebesar 29% dan meningkat menjadi 47% pada 2017. (sumber: Handbook of Energy economic Statistic of Indonesia 2018, Kementerian ESDM). Tercatat pada 2016, sektor transportasi menghasilkan emisi sebanyak 1,28 juta ton dengan rata-rata peningkatan 6,7% per tahun. Peningkatan emisi ini lebih besar 1,5 kali lipat dari konsumsi bahan bakarnya. (sumber: Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (tier 2) dalam inventarisasi GRK sektor energi, Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM).

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William P Sabandar, menyampaikan bahwa MRT Jakarta berkomitmen mendukung gerakan Earth Hour 2019 guna mengurangi dampak pemanasan global. MRT Jakarta aktif mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menerapkan gaya hidup ramah lingkungan contohnya dengan beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum dan mengutamakan penghematan energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.”

Agung Wicaksono, Direktur TransJakarta menyatakan, “Emisi CO2 dari transportasi berkontribusi sampai 46% terhadap emisi di perkotaan, apalagi kalau menggunakan kendaraan pribadi. TransJakarta berjuang untuk memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan haltenya dengan MRT, LRT, dan KRL. Baik rute pengumpan dari kawasan pemukiman di selatan ke Lebak Bulus dan Fatmawati, maupun rute lanjutan dari MRT di tengah kota seperti Dukuh Atas dan HI. Ke depannya, bahkan electric mobility bisa menjadi pilihan untuk menekan lagi emisi, dengan melalui ujicoba terlebih dahulu,”

Studi WWF baru-baru ini di 10 negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, menemukan hanya 40% orang yang mengaitkan manfaat alam dengan kebutuhan hidup seperti makanan, air, dan udara segar. Dalam upaya membangun kesadaran publik tentang nilai-nilai keanekaragaman hayati dan alam, dengan memprakarsai pembicaraan global tentang isu-isu seperti aksi iklim, laut yang sehat dan praktik bisnis yang berkelanjutan pada Earth Hour 2019,  WWF telah bermitra dengan Konvensi PBB tentang keanekaragaman hayati untuk membuat connect2earth.org.

“Alam sangat penting di kehidupan sehari-hari untuk semua orang. Tetapi yang kita lakukan justru mendorong planet ini ke batas limitnya dan kondisi alam sangat terancam,” ujar Marco Lambertini, Direktur Jenderal, WWF Internasional. “Sekarang saatnya bertindak. Earth Hour 2019 adalah kesempatan yang tidak dapat diabaikan untuk menciptakan gerakan bersama-sama untuk mengatasi perubahan iklim.”

Bersama Komunitas Earth Hour, WWF-Indonesia juga akan menginisiasi penanaman 20.000 bibit bakau di 13 wilayah. Seperti terumbu karang, hutan bakau adalah ekosistem yang sangat produktif yang menyediakan banyak sumber alami yang baik untuk lingkungan laut dan manusia. Indonesia adalah rumah bagi seperempat populasi hutan bakau dunia, dan melestarikan hutan bakau sangat penting dalam mengurangi kerusakan lebih lanjut terhadap keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

Kunjungi www.earthhour.org. untuk mendapatkan informasi kegiatan di lokasi di seluruh dunia dan membaca kisah-kisah individu tentang apa yang mereka lakukan untuk planet kita. Inilah saatnya bagi kita untuk melindungi masa depan yang sehat, dan berkelanjutan untuk semua.

–##– 

Catatan untuk Editor:

Tautan ke video Earth Hour 2019

https://www.youtube.com/watch?time_continue=2&v=wQ6S-pkbgB0

Tautan ke saluran Giphy Earth Hour

https://giphy.com/earthhour

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:

  • Diah R.Sulistiowati, Education for Sustainable Development Manager | Email dsulistiowati@wwf.id | +62 811 1004 397
  • Galih Aji Prasongko, Youth & Community Engagement Specialist | Email : gprasongko@wwf.id  | +62 856 9240 0192
  • Karina Lestiarsi, Media Relations Specialist | Email:  klestiarsi@wwf.id | +62 852 1816 1683

Tentang WWF-Indonesia

WWF-Indonesia adalah organisasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian badak jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 34 wilayah kerja lapangan di 18 provinsi mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staf, WWF-Indonesia bekerja sama bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2018, WWF-Indonesia didukung oleh sekitar 100.000 suporter dalam negeri. Kunjungi www.wwf.id

Tentang Earth Hour

Earth Hour adalah gerakan lingkungan global WWF, yang bertujuan menginspirasi dan memberdayakan individu, bisnis, organisasi, dan pemerintah untuk mengambil tindakan nyata bagi planet ini. Di Indonesia, Earth Hour pertama diinisiasi tahun 2009 oleh WWF-Indonesia, Earth Hour kini digerakkan oleh 3.000 relawan aktif yang tergabung dalam Komunitas Earth Hour yang tersebar di 30 kota dan didukung oleh 2 juta individu melalui aktivasi di media sosial. Earth Hour di Indonesia dikenal oleh dunia sebagai gerakan yang memiliki komunitas terbesar. Earth Hour 2019 akan dilaksanakan secara seretak diseluruh dunia pada Sabtu, 30 Maret 2019 pukul 20:30 sampai 21:30 waktu setempat