Pertumbuhan konsumsi energi dunia turun pada 2012 namun produksi bahan bakar fosil di sejumlah wilayah meningkat pesat.

Amerika Serikat mencatat kenaikan produksi minyak dan gas terbesar pada 2012. Produksi gas di AS yang melimpah menekan harga sekaligus mengurangi konsumsi batu bara. Hal ini terungkap dari laporan BP Statistical Review of World Energy 2013 yang dirilis Rabu (12/6).

Laporan ini menyebutkan, sistem energi dunia terus mengalami perubahan. Produksi energi nuklir mengalami penurunan terbesar pada 2012. Produksi energi nuklir Jepang “menghilang” setelah bencana nuklir Fukushima pada 2011. Jepang harus mengandalkan pada bahan bakar impor termasuk impor gas alam cair (LNG) agar “lampu” mereka tetap menyala.

Di Eropa, harga gas lebih tinggi dibanding di AS sehingga pembangkit listrik mengambil kebijakan yang berlawanan arah dengan pembangkit di AS yaitu mengganti sumber energi untuk pembangkit listrik mereka dari gas ke batu bara.

Menurut laporan BP, pertumbuhan konsumsi energi dunia turun menjadi 1,8% pada 2012 dari 2,4% pada tahun sebelumnya. Hal ini dipicu tidak hanya oleh kelesuan ekonomi namun juga perubahan perilaku dalam menggunakan energi dari konsumen individu dan bisnis yang lebih efisien.

Negara berkembang, terutama China dan India menjadi motor permintaan energi menyumbang 90% peningkatan permintaan energi. Dulu, 24 tahun yang lalu negara berkembang hanya menyumbang 42% konsumsi energi dunia, kini porsi konsumsi energi negara berkembang mencapai 56% konsumsi energi global.

Selama dua tahun berturut-turut, gangguan pasokan minyak dari Afrika dan Timur Tengah tertutupi oleh pertumbuhan produksi di negara Timur Tengah lain terutama oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar. Namun walau pasokan minyak mengalami peningkatan, harga minyak terus mencetak rekor tertinggi.

Batu bara tetap menjadi bahan bakar fosil dengan pertumbuhan tertinggi di dunia. Untuk pertama kalinya, China menjadi konsumen batu bara terbesar. Energi air dan energi baru terbarukan (bersama dengan gas alam murah di Amerika Utara) bersaing dengan batu bara memasok energi dunia. Produksi bahan bakar nabati turun untuk pertama kalinya sejak 2000 akibat melesunya pasar energi nabati di AS, namun secara umum kapasitas produksi energi terbarukan naik 15,2% dan mencapai rekor bauran kapasitas energi dunia baru sebesar 4,7%.

Kabar buruknya, emisi CO2 dunia dari konsumsi energi terus meningkat pada 2012 setelah sempat melambat pada 2011. Negara yang menikmati penurunan emisi yang signifikan adalah AS akibat peralihan penggunaan energi dari batu bara ke gas. Peralihan ini membantu AS mengurangi emisi CO2 mereka menjadi setara dengan emisi tahun 1994.

“Semua informasi di atas menunjukkan dunia memiliki banyak pilihan energi. Tantangannya adalah memilih berinvestasi di energi mana yang terbaik. Kita memerlukan energi yang aman dan kompetitif sehingga penting untuk memaksimalkan semua kemampuan yang ada untuk mengurangi risiko dan biaya energi,” ujar Bob Dudley, Chief Executive dari BP Group sebagaimana dikutip dalam berita BP.

Laporan lengkap Statistical Review of World Energy 2013 bisa diunduh pada tautan berikut ini: World Energy 2013.

Redaksi Hijauku.com