Peningkatan ekspor jagung dari Argentina membantu meringankan beban krisis pangan dunia. Hal ini terungkap dari berita Lembaga Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) yang dirilis Jum’at (14/9).

Argentina mengumumkan akan menambah ekspor jagung sebesar 2,75 juta ton tahun ini untuk meringankan krisis di pasar internasional. Menurut FAO kabar ini adalah kabar baik namun dunia harus tetap berhati-hati untuk menghindari terulangnya krisis pangan.

Penambahan ekspor jagung Argentina diumumkan oleh Norberto Yauhar, Menteri Pertanian Argentina setelah mengadakan pertemuan dengan Direktur Jenderal FAO, José Graziano da Silva, di markas besar FAO di Roma, Italia.

Argentina adalah pengekspor jagung terbesar kedua setelah Amerika Serikat dengan pangsa pasar sebesar 15% dari ekspor jagung dunia selama tiga tahun terakhir. Kenaikan ini akan menambah total panen jagung dunia pada periode 2011-2012 menjadi 16,45 juta ton.

Kekeringan parah pada musim panas di Amerika Serikat – terburuk dalam lebih dari 50 tahun – telah memicu ketakutan akan terulangnya krisis pangan, terutama setelah Indeks Harga Pangan FAO melonjak 6% pada bulan Juli. Namun, harga pangan hingga saat ini masih tetap stabil.

Yauhar dan Graziano da Silva menyatakan, dunia saat ini dalam kondisi yang lebih siap dalam mengatasi kenaikan harga pangan dibanding pada periode 2007-2008.

Hal ini akibat terciptanya mekanisme seperti Agricultural Market Information System (AMIS), yang membantu meningkatkan transparansi pasar dan mengurangi volatilitas harga pangan. AMIS diciptakan pada tahun 2011 oleh organisasi negara-negara maju atau Group of 20 (G20), yang memungkinkan mereka berkoordinasi dan bertindak cepat mengatasi masalah harga pangan.

Graziano da Silva juga menekankan pentingnya komitmen donor internasional untuk membantu negara-negara miskin dalam jangka panjang yang sangat rentan akan dampak kenaikan harga pangan. Menurut Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) – yang bertugas menyediakan bantuan kemanusiaan saat terjadi perang atau bencana alam – setiap kenaikan harga pangan sebesar 10%, WFP memerlukan tambahan dana sebesar US$200 juta untuk membeli pangan dengan jumlah yang sama.

Redaksi Hijauku.com