Masyarakat Indonesia, tidak memiliki pilihan yang lebih baik untuk mengurangi sampah plastik selain membatasi penggunaannya.
Di manapun Anda tinggal, sampah plastik memenuhi tempat sampah, mencemari saluran air, bahkan tersebar di jalanan.
Diperlukan waktu ribuan tahun bagi sampah plastik untuk terurai di alam, sehingga sampah plastik berefek buruk bagi lingkungan.
Salah satu tempat yang tercemari oleh sampah plastik adalah lingkungan Universitas Indonesia, yang meraih gelar Kampus Terhijau di Tanah Air dan masuk dalam peringkat 50 besar kampus terhijau dunia.
Jika Anda suka bersepeda gunung di Hutan UI, sampah plastik dengan mudah akan Anda temukan di sepanjang jalur sepeda, mencemari dan menyebabkan pendangkalan di Danau Puspa yang dulu bening dan asri.
Sampah-sampah plastik ini adalah bekas pembungkus makanan, tempat barang-barang belanjaan, tempat minuman, dan produk-produk konsumen lain. Volume sampah plastik yang mengendap di Danau Puspa terus bertambah. Sampah ini dibawa oleh aliran sungai dari lingkungan sekitar.
Banyak tantangan untuk mengurangi sampah plastik di Tanah Air. Sadar ataupun tidak, kita terus berhutang budi pada para pemulung sampah. Tanpa mereka, bisa dibayangkan berapa banyak sampah plastik yang akan berserakan di lingkungan sekitar.
Para pemulung ini memilih dan memilah sampah plastik, kemudian dijual untuk didaur ulang. Namun, mengandalkan usaha para pemulung saja tidak cukup. Para pemulung hanya mengambil sampah yang memiliki nilai ekonomi. Sampah plastik yang tidak memiliki nilai ekonomi seperti kantong plastik akan tetap terbuang mencemari lingkungan.
Tantangan lain, tempat daur ulang sampah di Indonesia masih sulit ditemui. Tantangan ini semakin lengkap dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah dan mendaur ulang sampah.
Walaupun ada sebagian masyarakat yang sudah melakukannya, aktifitas ramah lingkungan ini tidak didukung oleh sistem pengelolaan sampah yang baik oleh pemerintah. Sehingga baik sampah organik maupun non-organik akhirnya sama-sama berakhir, menumpuk di TPA. Lagi-lagi kita mengandalkan jasa para pemulung yang akan memilih dan memilahnya.
Jumlah produksi plastik dunia, menurut Data Program Lingkungan PBB (UNEP), terus meningkat dari 116 juta ton pada 1992 menjadi 255 juta ton pada 2007. Setelah krisis ekonomi, produksi plastik mencapai rekor baru yaitu sebesar 265 juta ton/tahun pada 2010. Dengan kata lain, dalam 16 tahun terakhir, jumlah produksi plastik naik 149 juta ton (tumbuh 15% per tahun).
Menurut UNEP, penduduk di negara maju, rata-rata menggunakan plastik sebanyak 100 kg per tahun pada 2005. Sementara penduduk di negara berkembang mengonsumsi plastik sekitar 20 kg per tahun.
UNEP memerkirakan, jumlah konsumsi plastik dan sampah plastik akan terus meningkat dalam sepuluh tahun ke depan. Sekitar 50% plastik yang ada di pasaran saat ini digunakan hanya untuk satu kali pemakaian. Tidak hanya di darat, jumlah sampah plastik yang masuk ke laut juga semakin besar. Sampah ini mengapung dan mencemari rantai makanan. Sampah ini mengancam organisme dan kehidupan hewan-hewan laut seperti burung dan mamalia ukuran kecil.
Di Indonesia, hampir semua produk menggunakan plastik sebagai alat pembungkus utama. Mulai dari produk mie instan, teh celup, kopi, hingga makanan ringan. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi kita selain menghindari penggunaan plastik dan tidak membuang sampah plastik sembarangan.
Upaya yang sederhana ini, jika dilakukan bersama-sama akan membawa perubahan besar bagi keindahan dan kelestarian lingkungan. Ayo kurangi penggunaan plastik mulai sekarang.
Redaksi Hijauku.com
kurangi saja penggunaan plastik… biar tidak ada lagi berserakan sampah plastik…
[…] http://www.hijauku.com/2012/02/06/plastik-kurangi-atau-tinggalkan-mulai-sekarang/ […]
[…] lain, dalam 16 tahun terakhir, jumlah produksi plastik naik 149 juta ton (tumbuh 15% per tahun). (http://www.hijauku.com/2012/02/06/plastik-kurangi-atau-tinggalkan-mulai-sekarang/ diakses pada 23 Maret 2016 pukul 07.30 […]