Tidak tersedianya akses yang memadai ke energi akan menimbulkan masalah kesehatan, lingkungan dan kemanusiaan.
Hal ini terungkap dari penelitian terbaru Worldwatch Institute yang diterbitkan akhir Januari lalu dalam Vital Signs Online.
Dari tahun 1990 hingga 2008, sebanyak 2 miliar penduduk dunia sudah mendapatkan akses atas listrik. Namun, menurut Lembaga Energi Internasional (IEA) masih ada lebih dari 1,3 miliar penduduk yang belum memiliki pasokan listrik yang memadai. Dan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terdapat 1 miliar penduduk lain yang memiliki masalah yang sama.
Sidang Umum PBB telah menetapkan tahun ini sebagai International Year of Sustainable Energy for All. Status ini memberikan peluang pada dunia untuk lebih meningkatkan perhatian atas tantangan dan dampak dari kemiskinan energi ini.
Menurut Michael Renner dan Matthew Lucky, penyusun laporan Worldwatch Institute, energi modern penting untuk penerangan, alat pemanas, pendingin, alat masak, pompa air dan fungsi lainnya yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan mengurangi kemiskinan penduduk. Menurut mereka, tanpa akses energi yang memadai sangat sulit untuk mencapai Target Pembangunan Milenium pada 2015.
Data lain juga mengungkapkan, setidaknya 2,7 miliar penduduk – kemungkinan jumlahnya mencapai lebih dari 3 miliar – masih kekurangan akses ke energi modern untuk memasak dan pemanas.
Mereka masih menggunakan energi tradisional seperti kayu api, arang, kotoran hewan dan limbah tanaman yang ketika dibakar menghasilkan polusi dalam ruang yang berbahaya.
Di seluruh dunia, jenis polusi ini menyebabkan 2 juta kematian prematur setiap tahun dan diperkirakan 44% korbannya adalah anak-anak. Di kalangan orang dewasa, 60% korban polusi dalam ruang ini adalah perempuan.
Pemakaian energi tradisional ini juga menimbulkan kerusakan lingkungan termasuk kerusakan hutan, erosi tanah dan polusi karbon hitam yang menyebabkan pemanasan global.
Saat ini semakin banyak lembaga internasional, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah yang berusaha mengatasi kemiskinan energi, dengan berfokus pada energi terbarukan seperti energi angin, matahari dan air. Sejumlah proyek seperti panel surya dan pembangkit listrik tenaga air mikro (micro hydro) sudah dikembangkan.
Data statistik mengungkapkan, 68 negara berkembang sudah memiliki target formal untuk meningkatkan akses atas listrik; 17 diantaranya memiliki target untuk menyediakan akses ke bahan bakar modern dan 11 negara memiliki target untuk memberikan akses ke alat masak modern.
Menurut IEA, antara 2010 dan 2030, biaya investasi untuk membangun infrastruktur kelistrikan di perkotaan rata-rata mencapai US$14 miliar per tahun.
Namun investasi itu masih belum cukup. Masih ada 1 miliar penduduk yang tinggal di lokasi-lokasi terpencil di negara berkembang yang memerlukan akses atas energi modern. Diperlukan investasi tambahan sebesar US$48 miliar per tahun untuk memberikan akses yang merata ke energi modern.
Redaksi Hijauku.com
Leave A Comment